Sabtu, 13 April 2013
KRISTEN PENYEMBAH DEWA MATAHARI (SUN DAY) HORUS
Mungkin sedikit yang kenal dengan Mithra dan Horus tetapi seiring bacaan ini nanti juga kenal kok, kan tak kenal maka ta'aruf, tentu ane akan cerita tentang kisah yesus, tentunya dengan singkat aja dan tentunya ceritanya bersumber dari Al-Kitab (PL dan PB), karena ane mau cerita tentang yesus bukan Isa AS.
Yesus menurut keyakinan orang kristen adalah anak yang lahir dari perawan Maria (tentu umat islam sampai sini setuju), Yesus lahir tanggal 25 desember 1 Masehi (walaupun nyari dalilnya ga ada tuh), apa yang kita tahu tentang cerita Yesus ? Tentu cuma rujukan dari Cerita orang kristen. Kelahirannya ditandai kemunculan sebuah bintang di timur, dan di ikuti oleh tiga orang Majusi yang memberkati juru selamat baru. Yesus sudah menjadi guru pada umur 12 tahun dan di baptis oleh Yohanes si Pembaptis pada umur kira-kira (masih kira-kira dalam injil) umur 30 tahun dan mulai menyebarkan ajarannya. Yesus mempunyai 12 orang murid dan melakukan banyak mukjizat seperti : menyembuhkan orang sakit, berjalan diatas air dan menghidupkan orang mati. Julukan yang diberi ke Yesus adalah “Raja segala raja”, “Anak Tuhan”,”Juru selamat” de el el, Yesus dikhianati oleh muridnya yang benama Yudas Iskariot, Yudas dibayar oleh tentara Romawi seharga 30 keping perak, lalu Yudas berkata “Orang yang aku cium itulah Yesus”, setelah itu Yesus ditangkap, lalu di salib dan 3 hari setelah itu dia bangkit dan naik ke surga. Sampai disini cerita tentang Yesus menurut orang kristen. Ana tidak akan memperdebatkan masalah alur cerita atau bentuk ceritannya yang ingin ana ceritakan adalah kisah Dewa kaum pagan begini ceritanya.
HORUS >> Horus adalah Dewa orang Mesir lahir 3000 tahun SM, berarti cerita Horus sudah ada 3000 tahun sebelum Yesus lahir, Lalu bagaimana kisah dewa Horus ini ? Horus lahir dari perawan Isis-Meri tanggal 25 Desember, kelahirannya ditandai munculnya sebuah bintang dari timur dan kemudian untuk ditemukan 3 raja untuk dijadikan juru selamat baru. Umur 12 tahun telah menjadi guru, umur 30 tahun dibabtis oleh Anup, sejak itu iya mulai menyebarkan ajarannya. Horus mempunyai 12 murid yang menyertainya, iya mempunyai mukjizat menyembuhkan orang sakit, berjalan diatas air. Horus juga mempunyai julukan “Sang Cahaya”, “Anak tuhan yang diberkati”, “ Anak domba Tuhan” de el el. Setelah dikhianati oleh muridnya Taifun, Horus disalib dan tiga hari setelahnya bangkit lagi. Kalau antum mencoba mencari gambar Horus, antum akan menemukan gambar yang penuh, bagaimana Horus digambarkan bermuka burung dan ular cobra yang melingkar menggambarkan Horus itu dewa matahari. Dan dalam buku “DILEMA MAYORITAS”,di jelaskan bahwa kelompok zionis Illuminati menandakan sebuah negara dibawah pengaruh mereka dengan memberikan lambang dewa di negara tersebut, dan burung garuda adalah perlambangan dari dewa Horus (?).
MITHRA >> Mithra adalah Dewa matahari yang paling terkenal dari Persia, lahir 1200 SM lahir dari perawan pada tanggal 25 Desember dan mempunyai 12 murid dan banyak melakukan keajaiban. Setelah kematiannya tiga hari setelah itu dia bangkit kembali. Dan yang paling terkenal untuk menyembah Dewa Mithra itu dilakukan setiap hari minggu atau sunday, sun = matahari, day = hari. Jadi hari khusus ibadah mereka hari minggu. Itulah cerita dewa kaum pagan zaman dahulu, bagaimana cerita mereka mirip sekali dengan cerita Yesus sebagi Tuhan orang kristen, tentu masih banyak dewa lain lagi yang punya cerita mirip. Contoh :
ATTIS >> Dewa dari Yunani Pirigia, lahir dari seorang perawan tanggal 25 Desember 1200 SM, mati disalib dan tiga hari setelahnya bangkit lagi.
KRISHNA Dewa dariIndia, lahir dari perawan Devaki lahir 900 SM, kelahirannya ditandai munculnya bintang dari timur, melakukan banyak mukjizat dengan para muridnya dan bangkit lagi setelah kematiannya.
DIONYSUS >> Dionysus daru Yunani lahir dari seorang perawan pada tanggal 25 Desember 500 SM, seorang guru yang melakukan perjalanan dan melakukan banyak mukjizat seperti mengubah air menjadi anggur, dikenal sebagai “Raja segala raja”, “Anak tuhan” de el el dan pastinya bangkit lagi dari kematian
Tentu masih banyak dewa orang pagan yang mungkin kalo diceritai semua pasti bosen karena inti cerita sama contoh : Osiris dari Mesir, Baachus dari Yunani, Budha Sakia dari India, Salivana dari Bermuda, Odin dari Skadinavia, Indra dari Tibet, Bali dari Afganistan, Jao dari Nepal, Beddru dari Jepang, Gentaut dari Meksiko, Fohi dari Cina, Ixion dari Roma, Prometheus dari Kaukasus dan masih banyak bet dah Dewa- Dewa yang lain yang punya cerita mirip semua... Dari Indonesia mungkin Dewa 19 ?
KENAPA SAMA ? Kenapa ceritanya bisa sama ? Kenapa dilahirkan oleh perawan ? Tanggal 25 Desember ? Lalu bangkit lagi dari kematian ?. Menurut sebagian orang ini berkaitan dengan masalah matahari, musim dan kejadiannya.
Pertama masalah kelahiran yang sama itu karena mirip dengan ilmu perbintangan, bintang yang muncul disebelah timur adalah bintang Sirius (sirius lhoooo), bintang paling terang pada malam hari, pada tanggal 24 Desember dan Sirius sejajar dengan tiga bintang yang paling terang dari gugusan Orion, tiga bintang tersebut melambangkan tiga raja yang ada pada cerita yang diatas. Ke empat bintang tersebut menunjuk ke arah terbitnya matahari pada tanggal 25 desember, oleh karena kenapa tiga raja selalu menunjukkan bahwa mereka menunjukkan awal terbitnya matahari. Lalu perawan atau virgin itu melambangkan bintang virgo, coba lihat lambang virgo? Gambarnya perawan memegang sebatang gandum, virgo dalam bahasa latin adalah virgin. Virgo juga bisa diartikan lumbung roti. Yang menarik adalah fenomena yang terjadi tanggal 25 desember, yaitu titik balik matahari musim dingin ( hehe jangan pusing gitu donk, kan lumayan belajar astronomi), bila dilihat dari utara matahari terlihat makin ke bawah dan kebawah, otomatis terjadilah namanya musim dingin karena kurangnya cahaya matahari. Sehingga proses musim dingin dianggap sebagai proses kematian untuk orang zaman baheula. Dianggap sebagai kematian matahari. Pada tanggal 22 desember matahari “mati” sepenuhnya. Dan hal yang menarik adalah matahari berhenti bergerak keselatan selama tiga hari (22,23,24) dan selama tiga hari itu matahari berada di “salib selatan” atau gugusan bintang Crux, nama nya juga salib yaaa bentuknya kaya gitu bintangnya. Dan setelah itu tanggal 25 desember matahari bergerak 1 derajat ke utara, ini berarti membawa musim semi, kehidupan baru. Makanya dalam cerita matahari yang mati (tenggelam) selama tiga hari lalu bangkit (terbit) kembali. Tetapi masyarakat dulu tidak akan merayakan kebangkitan matahari hingga saat titik balik matahari musim semi, yaitu saat paskah, karena itu berarti matahari telah mengalahkan kejahatan secara sempurna.
Itu baru masalah kelahiran dan kematian serta bangkit dari kematian, lalu kenapa harus mempunyai 12 murid ? 12 murid adalah simbol dari 12 rasi bintang zodiak, yang Yesus dan Dewa- Dewa lainnya digambarkan sebagai mataharinya.( Jadi yang suka baca ramalan zodiak termasuk orang pagan).
Lalu masalah trinitas, Yesus yang masuk dalam trinitas (Bapa, Anak, Roh kudus), itu juga sudah ada dalam cerita Dewa pagan, Mithra adalah Oknum dari Tridewa (Mithra,Ahirman,Ohrzmad), Osiris Juga Oknum dari Tridewa (Osiris,Isis,Horus), Baachus juga Oknum dari Tridewa (Baachus,Apolos,Yupiter).
Penebusan dosa ? Dewa Mithra, Osiris, Baachus juga sama mati untuk menebus dosa umat manusia.
Jadi itulah penjelasan yang membingungkan (kalo nonton videonya mungkin agak ngerti deh), tapi mudah-mudahan antum ga bingung,coz,antumkanorang pinter (hehehehe, tok). Percayalah kalo antum dengar cerita Yesus yang disamakan dengan Isa atau Moses, Abraham, Loth, Daud, mereka hanya bisa menghina bukan memuji.
MITOS NERAKA KRISTEN MERUPAKAN ADOPSI AJARAN PAGAN (MITOS YUNANI KUNO)
Sudah bukan rahasia lagi bahwa Kristen adalah agama YANG MENGADOPSI AJARAN PAGAN dengan kata lain Kristen adalah MURNI PRODUK PAGAN
Sekian banyak BUKTI termasuk dari bible yang dengan sangat NYATA membuktikan bahwa Kristen adalah AJARAN YANG MENGADOPSI AJARAN PAGAN
Salah satunya adalah BUKTI tentang KONSEP NERAKA dalam Kristen yang jelas-jelas MENGADOPSI AJARAN PAGAN (YUNANI KUNO)
BUKTI # 01
ΠΕΤΡΟΥ Β΄ 2:4 Greek NT: Textus Receptus (1550)
ει γαρ ο θεος αγγελων αμαρτησαντων ουκ εφεισατο αλλα σειραις ζοφου ταρταρωσας παρεδωκεν εις κρισιν τετηρημενους
Trans : ei gar o theos angelOn amartEsantOn ouk epheisato alla sirois zophou TARTAROSAS paredOken eis krisin tEroumenous
ταρταρωσας (tartarOsas ) = τάρταρος (Tartaros) = Neraka (Dunia Bawah/Underworld)
http://id.wikibooks.org/wiki/Mitologi_Yunani/Dunia_Bawah/Tartaros
Dalam bible NERAKA disebut dengan TARTARUS/TARTAROS
TARTARUS/TARTAROS adalah KONSEP NERAKA dari AGAMA PAGAN YUNANI KUNO
Tartaros adalah bagian terdalam di dunia bawah. Jika sebuah landasan besi dijatuhkan dari dunia atas, maka perlu waktu sembilan hari sembilan malam untuk mencapai dasar dunia bawah.
Sementara konsep neraka dalam agama Kristen sama dengan konsep Tartaros dalam mitologi Yunani, bagian dari HADES yang suram dan mengerikan dan digunakan sebagai tempat penyiksaaan dan penderitaan.
Dari bukti diatas sangat jelas dan gambling bahwa KONSEP NERAKA dalam Kristen merupakan ADOPSI dari AJARAN PAGAN (MITOS YUNANI KUNO)
BUKTI # 02
ΠΡΑΞΕΙΣ 2:27 Greek NT: Textus Receptus (1550)
οτι ουκ εγκαταλειψεις την ψυχην μου εις αδου ουδε δωσεις τον οσιον σου ιδειν διαφθοραν
Trans : oti ouk enkataleipseis tēn psuchēn mou eis hadēn oude dōseis ton osion sou idein diaphthoran
ᾅδην (HADEN) = ᾅιδης (HAIDES) = ᾅδης (HADES)
American Standard Version Act 2:27
Because thou wilt not leave my soul unto HADES, Neither wilt thou give thy Holy One to see corruption.
ᾅδης, (Hadēs) = God of the Underworld, Dead and the riches under the Earth in Greek Myth- or - ("Pluto" translates to "The Rich One") in Rome Myth
http://id.wikipedia.org/wiki/Hades
DEWA HADES adalah dewa dunia bawah dalam Mitologi Yunani, Hades merupakan putra tertua dari Kronos dan Rea.
TARTAROS adalah TEMPAT HADES yang suram dan mengerikan dan digunakan sebagai tempat penyiksaaan dan penderitaan (NERAKA).
Karena HADES adalah DEWA PENGUASA DUNIA BAWAH (termasuk NERAKA)
Sekali lagi BUKTI ini semakin membuktikan bahwa KONSEP NERAKA dalam Kristen adalah HASIL ADOPSI dari AJARAN PAGAN (MITOS YUNANI KUNO)
Dan ini semu semakin membuktikan bahwa memang benar bahwa Kristen adalah AGAMA YANG MENGADOPSI AJARAN PAGAN (MITOS), BUKAN AJARAN YANG BERSUMBER DARI TUHAN
[QS 2:79] Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.
Sudah saatnya MERNINGGALKAN AGAMA YANG BERSUMBER DARI AGAMA PAGAN (MITOS) yang bernama KRISTEN, jangan sampai MENYESAL DI KEMUDIAN HARI
BY : MAWAR MERAH
Rabu, 10 April 2013
HARUSKAH PERCAYA PADA BIBLE?
Bambang Noorsena terusik dengan pengaruh penerjemahan Injil Barnabas ke dalam edisi bahasa Indonesia, karena ia merasa dasar iman kristianinya “diserang” oleh Injil Barnabas. Noorsena adalah pendiri Institute for Syriac Christian Studies –yang lebih dikenal dengan Kristen Ortotoks Syria– yang juga dosen di Universitas Kristen Cipta Wacana (UKCW) Malang,
Beberapa doktrin yang merasa diserang, antara lain: Injil Barnabas secara jelas menyatakan adanya pemalsuan kitab suci; Barnabas memosisikan Paulus sebagai terdakwa dalam kasus penyesatan terhadap ajaran Yesus yang asli; penolakan terhadap gelar Yesus sebagai Tuhan dan Anak Allah; penyangkalan terhadap doktrin penyaliban dan kebangkitan Yesus, dengan menyatakan bahwa yang disalib bukan Yesus melainkan Yudas; dll. Ia juga menganggap pemakaian Injil Barnabas dalam dakwah sebagai tindakan yang membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa.
Sebagai reaksinya, Noorsena menulis buku Telaah Kritis Atas Injil Barnabas, yang dimaksudkan untuk memberikan kelegaan bagi umat Kristiani. Kelegaan yang dimaksud adalah menengangkat wibawa Injil yang diimaninya, sembari menginjak Injil Barnabas yang dianggapnya lemah dan apokrip. Injil-injil lain yang tak luput dari serangan Bambang adalah: Injil Nikodemus (The Gospel of Nicodemus), Injil Petrus (The Gospel of Peter), Injil Ebionit (The Gospel of the Ebionites), Injil Tomas (The Gospel of Thomas), Kisah Petrus (The Act of Peter), Kisah Paulus (The Act of Paul), Kisah Andreas (The Gospel of Andrew), Injil Kelahiran Maria (The Gospel of the Birth of Mary), Injil orang-orang Ibrani (The Gospel According to the Hebrew), dll.
Karenanya, tak segan-segan Noorsena menjuluki Injil Barnabas sebagai injil palsu, karangan sulap kata, kabar burung, dongeng burung, pamflet propaganda anti Kristen yang tidak fair, dll.
Di sini, penulis tidak tertarik untuk menanggapi ulasan Bambang Noorsena tentang Injil Barnabas, karena dia sudah mengakui bahwa dirinya bukan orang yang pakar di bidangnya. Seluruh uraiannya hanyalah mengutip berbagai artikel dan buku-buku yang dianggapnya sebagai barang langka (hlm. 4). Selain itu, untuk melengkapi analisa historisnya, Noorsena banyak menerapkan medode ”kemungkinan. Misalnya, ia menduga bahwa Injil Barnabas diselesaikan di kota Bologna, Italia (hlm. 11). Ia juga menduga penulis Injil Barnabas adalah Fra Marino, seorang korban inkuisisi gereja Katolik (hlm. 66).
Penulis ingin menanggapi Lampiran berjudul “Pandangan Al-Qur’an terhadap Taurat dan Injil” pada halaman 93-99 buku tersebut.
Dalam tulisan ini, Bambang Noorsena mati-matian menepis sinyalemen ayat-ayat Al-Qur’an tentang adanya pemalsuan dan kepalsuan kitab suci oleh Ahli Kitab. Menurutnya, pemalsuan Taurat dan Injil yang disinyalir oleh Al-Qur’an itu bukanlah pemalsuan tekstual ayat, melainkan pemalsuan konteks penafsiran ayat yang disebut tahrif ma’nawi. Beberapa ayat Al-Qur’an yang dikomentari Noorsena antara lain surat An-Nisa 46 dan Al-Ma’idah 13. Inilah komentarnya:
“Dari dua ayat tersebut di atas jelas yang dimaksud dengan tahrif di sini bukanlah perubahan textual atau harafiah dari Alkitab, melainkan menafsiran arti dari kata-kata yang terdapat di dalam Alkitab. Kata-kata tertentu telah diambil arau dikeluarkan dari konteksnya dan diterapkan ke suatu hal yang tidak pernah dimaksudkan oleh Wahyu Allah. Sehingga kata-kata itu berubah artinya” (hlm. 95).
Dari penjelasan tersebut, pada dasarnya Noorsena mengakui bahwa Ahli Kitab memang suka merubah konteks (penafsiran) ayat suci. Hal ini dibuktikannya sendiri ketika dirinya sebagai seorang Ahli Kitab, juga membelok-belokkan penafsiran Al-Qur’an untuk membela keyakinannya. Salah satu ayat Al-Qur’an yang ditahrif konteks penafsirannya adalah surat Al-Ma’idah 13:
“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya….”
Padahal, kata “yuharrifuuna al-kalima” (mereka suka merobah perkataan Allah) dalam ayat ini secara gamblang menyatakan bahwa kitab suci milik Yahudi dan Nasrani saat ini memang sudah tidak orisinil lagi, karena keduanya telah mengalami perubahan di tangan para pemeluknya. Kedua umat tersebut telah diambil janjinya oleh Allah, yang dinamakan dengan mitsaq (berasal dari kata watsiqa yang secara literal berarti mengikat dan menetapkan. Karena itu, kata al-mitsaq diartikan sebagai janji yang kokoh). Di antara janji (mitsaq) yang diambil Allah dari Bani Israil adalah janji untuk hanya mengabdi kepada Allah (Qs Al-Baqarah 83) dan janji untuk menerangkan isi kitab suci tanpa menyembunyikannya sedikitpun (Qs. Ali Imran 187). Akan tetapi janji prasetiya tersebut dilanggarnya dengan semena-mena. Sebagian isi kitab suci mereka sembunyikan, bahkan sebagian lagi mereka ubah. Perubahan paling mendasar yang mereka lakukan adalah akidah Tauhid yang menjadi misi utama para rasul Allah. Mereka ubah ajaran Tauhid menjadi doktrin Trinitas yang menjadikan Nabi Isa sebagai Tuhan (Qs At-Taubah 30).
Fakta pemalsuan ayat Trinitas dalam Alkitab (Bibel), antara lain kitab 1 Yohanes 5-7 telah diungkapkan pada rubrik ini di edisi sebelumnya.
Jadi, obyek tahrif (perubahan) yang dilakukan oleh Ahli Kitab bukan hanya konteks (penafsiran) saja tapi juga tekstual (harfiah) kitab suci.
Dalam Alkitab sendiri telah diumumkan perilaku orang-orang Israel sebagai kaum yang durhaka, zalim, tukang tenung dan hobi memanipulasi kebenaran kitab suci dengan cara penambahan, pengurangan, penyisipan dan perubahan tata letak ayat (Mikha 3: 9-11). Maka tidak heran bila semasa hidupnya Musa mengecam kedegilan bani Israel. Bahkan Musa menubuatkan bahwa sepeninggal dirinya, kelak bani Israel akan semakin degil dan tegar tengkuk terhadap kitab suci (Ulangan 31: 27).
Apologi Noorsena semakin terbantah oleh pendapat para teolog Kristen sendiri yang mengakui adanya tahrif dalam Alkitab. Misalnya, tahrif terhadap kitab Mazmur (Zabur) warisan Nabi Daud AS. Kitab Mazmur dalam Bibel tidak murni tulisan Daud, karena sudah dioplos dengan tulisan orang di belakang hari yang tidak dikenal namanya. ME Kemp dalam Bible Questions and Answers, menulis pada bab III: “Siapakah yang menulis Kitab Mazmur? Jawab: Kira-kira 80 Mazmur ditulis oleh Daud, dua oleh Musa, dan yang lainnya ditulis oleh orang lain.” (soal nomor 18).
Kemp tidak bisa menjelaskan siapa nama-nama “orang lain” yang disebutnya sebagai penulis kitab Mazmur Bibel itu.
Dr David L Baker tidak menampik, malah mempertegas penjelasan di atas. Menurutnya, Mazmur pasal 42 sampai dengan pasal 106 bukanlah tulisan Daud. Mazmur pasal 42-72 adalah karangan Bani Korah, pasal 73-89 karangan Asaf, sedangkan pasal 90-106 tidak diketahui penulisnya. (Mari Mengenal Perjanjian Lama, hlm. 80-81).
Senada dengan itu, Dr J Blommendaal –teolog kelahiran Belanda tahun 1927– menyatakan, meskipun nama Daud tercantum sebagai penulis Mazmur, tapi penulisnya adalah orang lain yang mencatut nama Daud demi popularitas. Blommendaal menjelaskan:
“Kalau Daud atau orang lain disebut sebagai penulis suatu Mazmur, hal itu belum berarti bahwa mereka memang benar-benar menulisnya, sebab bisa terjadi bahwa orang lain yang menulis Mazmur tersebut memakai nama Daud atau orang-orang tertentu, agar Mazmurnya dapat diterima dan diakui oleh Pembaca.” (Pengantar kepada Perjanjian Lama, hlm. 149).
Kenyataan bahwa Mazmur ditulis oleh orang lain itulah yang membuka peluang pendiskreditan kepada Nabi Daud dengan tuduhan ‘nabi pezina’. Salah satu pasal dalam Mazmur mengisahkan bahwa Nabi Daud melakukan skandal seksual dengan Batsyeba, istri pembantu kerajaannya.
“Untuk pemimpin kor. Mazmur karangan Daud setelah ia ditegur oleh Nabi Natan karena berbuat zinah dengan Batsyeba” (Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari).
Sebenarnya, kalau mau jujur, tanpa perlu bersusah payah Noorsena bias menerima fakta ketidakaslian Alkitab yang diimaninya. Karena bukti-bukti konkret itu terpampang begitu nyata di depan kelopak matanya. Carilah Alkitab (Bibel) “Kitab Kudus Perdjandjian Lama” terbitan Katolik yang dicetak di Ende-Flores tahun 1970. Pada halaman 290 dijelaskan status kitab II Samuel pasal 21-24 sbb:
“Sjemuel II 21-24. TAMBAHAN-TAMBAHAN. Disini menjusul beberapa tambahan (Fs 21 s/d 24) jang bertjerita tentang suatu patjeklik besar dan keturunan radja Sjaul jang dibunuh, ketjuali anak Jonatan, Meribba’al; tentang perang dengan orang-orang Felesjet; tentang para pahlawan Dawud dan tjatjah djiwa jang diadakan radja serta hukumannja…”
Padahal, dalam Alkitab standar terbitan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) , kitab II Samuel pasal 21 terdapat 22 ayat, pasal 22 ada 51 ayat, pasal 23 ada 39 ayat dan pasal 24 ada 25 ayat. Jumlah seluruhnya, pasal 21-24 ada 137 ayat, termaktub kita-kira tujuh halaman. Dengan demikian dapatlah ditarik kesimpulan bahwa menurut penelitian para ahli biblika Katolik, 137 ayat dalam kitab II Samuel itu adalah sebuah tahrif berupa penambahan ayat.
Jika fakta dan data kepalsuan ratusan Alkitab ini dirasa belum cukup oleh Bambang Noorsena, silahkan baca buku “Kasus 18.666 Ayat Alkitab (Bibel).” Di sini diungkapkan bahwa dalam Alkitab “Die Gute Nachricht Altes und Neues Testament” yang diterbitkan oleh Deutsche Bibelstifung Stuttgart, Jerman tahun 1978, sebanyak 18.666 ayat dari ratusan pasal yang diamputasi.
Jadi, apologi yang dilakukan oleh Noorsena adalah kesia-siaan ibarat menegakkan benang basah, karena kekeliruan data dan tafsir. []
(Dimuat di Majalah Al-Mujtama’ edisi 10 Th 1/17 Safar 1430, hlm. 46-47)
BETAPA NAIFNYA MURTADIN ‘URANG SUNDA’
Kesaksian rohani murtadin urang Sunda kelahiran 1981 ini
betul-betul naif. Meski tidak ilmiah dan tidak amaliah, Nur Ilmi Amalia
begitu berani menyiarkan ajakan terbuka kepada semua orang (non Kristen)
untuk mengikuti jejaknya, berpaling dari Islam pindah menjadi Kristen.
Kesaksian murtadin ini dituangkan dalam selebaran berjudul “Kesaksian
Iman” yang mengisahkan sekilas perpindahan imannya dari seorang Muslimah
alumnus Madrasah Tsanawiyah dan SMEA Muhammadiyah Slipi Jakarta Barat
menjadi seorang Kristiani fanatik.
Dalam pengantarnya, Amalia bertutur: “Nama saya Nur Ilmi, saat ini saya tergugah dari hati terdalam untuk memberikan kesaksian iman Kristiani kepada mereka yang tidak dan belum mengenal Tuhan kita Yesus Kristus, Allah yang Maha Kuasa di atas segala ilah…. Yesus Kristuslah wujud Allah yang harus kita sembah dan kita puji kemuliannya.”
Dari pernyataan tersebut, jelaslah bahwa selebaran itu ditujukan secara umum dan terbuka kepada semua orang yang non Kristen, yang menurutnya belum mengenal Yesus Kristus.
Untuk mempertegas seruannya, Amalia menutup kesaksiannya dengan kalimat pamungkas, “Dan saya mengajak semua orang untuk memuji dan menyembah hanya kepada Tuhan Yesus Kristus, Allah Yang Maha Kudus untuk beroleh kasih dan anugerahnya. Halleluyah!”
Saking naifnya, untuk menambah dosis pemurtadan, dalam selebaran tersebut dilampirkan Surat Pernyataan bermaterai yang menyatakan bahwa ia menjadi Kristen tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Tak ketinggalan, Amalia juga melampirkan buletin Warta Sepekan terbitan Gereja Bethel Indonesia (GBI) yang beralamat di kawasan Kelapa Gading Jakarta Utara.
Pertama, Kesaksian Nur Ilmi Amalia ini layak dibilang tidak ilmiah, lantaran penuh dengan propaganda negatif terhadap Islam tanpa didukung dalil, argumen, referensi, dan fakta-fakta yang jelas. Ia hanya bisa menuding Islam yang telah ditinggalkannya sebagai agama yang mengajarkan kepada umatnya untuk membenci, memusuhi, membunuh, serta melakukan perbuatan guna-guna dan pelet berdasarkan mantra ayat-ayat Al-Qur’an. Semua tudingan ini tidak disertai dengan argumen dan dalil sama sekali. Ia tidak menunjukkan ayat Al-Qur’an mana yang menurutnya mengajarkan untuk membenci, memusuhi, membunuh, dan melakukan perbuatan guna-guna dan pelet.
Tuduhan bahwa Islam mengajarkan guna-guna dan pelet berdasarkan mantra Al-Qur’an adalah murni fitnah dan omong kosong untuk melecehkan agama Islam. Tuduhan ini sangat kontras dengan kenyataan bahwa Islam sangat memprioritaskan tauhid dan melarang keras perbuatan syirik. Karena di hadapan Allah syirik adalah sebuah kezaliman yang besar dan dosanya tak terampuni (Qs Luqman 13, An-Nisa 48). Salah satu prinsip tauhid yang harus diyakini oleh umat Islam, bahwa segala manfaat dan madharat datangnya hanya dari Allah SWT (Qs. Az-Zumar 38).
Guna-guna dan pelet adalah salah satu jenis sihir yang disebut sihir mahabbah. Semua jenis sihir adalah tipu daya syaitan. Sebagian ulama berpendapat bahwa tukang sihir adalah kafir dan hukum belajar sihir adalah haram. Para ulama –di antaranya Syaikh Abdirrahman bin Hasan bin Muhammad bin Abdil Wahhab dalam kitab Fathul Majid Lis Syarah Kitabut Tauhid dan Syaikh Wahid Abdul Salam Bali dalam kitab As-Sharimul Battar fit-Tashaddi lis-Sabaratil-Asyraf– menyatakan bahwa hukuman bagi para tukang sihir adalah dipenggal lehernya. Tukang sihir itu selamanya tidak akan pernah bahagia dunia dan akhirat.
“Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang” (Qs Thaha 69).
Pemakaian ayat-ayat Al-Qur’an untuk jimat dan pelet adalah perbuatan yang diharamkan oleh Allah SWT. Kalau tindakan ini dibenarkan dalam Islam, tentunya Rasulullah SAW adalah orang pertama yang melakukannya. Ternyata sepanjang hayatnya, beliau tidak pernah menjadikan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai azimat yang diletakkan di bawah bantal, digantungkan di leher bayi, maupun di atap rumah sebagai penangkal penyakit maupun tolak bala.
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang menggantungkan tamimah atau wadi’ah, maka sungguh dia telah berbuat syirik” (HR Ahmad, dishahihkan oleh Albani dalam Ash-Shihhah I:809).
Tamimah adalah jimat-jimat yang digantungkan pada leher manusia atau ditaruh di dompet untuk menangkal/mengusir penyakit, roh jahat, dsb. Sedangkan wadi’ah adalah benda-benda laut yang dijadikan sebagai jimat penangkal penyakit, dsb.
Yang diperbolehkan dalam Islam adalah ruqyah, yaitu bacaan-bacaan yang mengandung doa dan zikir dari Al-Qur’an dan Sunnah sesuai dengan teladan dan petunjuk dari Rasulullah SAW. Salah satu manfaat ruqyah adalah dapat mengobati berbagai gangguan sihir dan kerasukan jin dengan izin Allah SWT.
Jelaslah bahwa Al-Qur’an bukan untuk mantra, jimat, guna-guna, pelet dan sihir. Al-Qur’an adalah petunjuk dan pembeda antara yang hak dan yang batil (Qs. Al-Baqarah 185), penerangan bagi seluruh manusia serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa (Qs. Ali Imran 138), dan hikmat yang menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan (Qs. Luqman 1-3).
Bagi orang yang beriman, Al-Qur’an menjadi petunjuk dan rahmat (Qs. Al-A’raf 203, An-Nahl 64), petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan kabar gembira (Qs. Al-Isra 9), serta penawar dan rahmat (Qs. Al-Isra 82).
Meski demikian indah dan sarat akan hikmat dan rahmat Allah, namun orang kafir malah berpaling, mendustakan, dan memperolok-olokkan Al-Qur’an (Qs. Al-An’am 4-5, Asy-Syu’ara’ 6). Mereka tidak sadar bahwa pada hakikatnya, penolakan dan olok-olokan mereka itu adalah tindakan yang sedang menunggu azab dan siksa neraka yang menghinakan (Qs Al-Mursalat 28-50).
Kedua, Kesaksian Nur Ilmi Amalia ini sangat pantas disebut tidak amaliah karena mustahil diamalkan dalam kehidupan ritual beragama. Dia hanya mengajak untuk beribadah menyembah hanya kepada Yesus yang diyakininya sebagai Tuhan dan Allah Yang Maha Kudus. Tapi dia sama sekali tidak menampilkan satu argumen atau satu dalil pun berdasarkan kitab suci yang diimaninya.
Padahal, kalau Amalia mau memfungsikan nalarnya untuk berpikir ilmiah dan objektif, bacalah Alkitab (Bibel) dari awal kitab Kejadian sampai akhir kitab Wahyu. Tak satu ayat pun yang mendukung seruannya, bahkan seruannya bertolak belakang dengan kitab suci.
Amelia menyerukan “Dan saya mengajak semua orang untuk memuji dan menyembah hanya kepada Tuhan Yesus Kristus, Allah Yang Maha Kudus untuk beroleh kasih dan anugerahnya,” padahal dalam Alkitab Yesus tidak pernah bersabda kepada para muridnya, “Akulah Tuhan, Allah Yang Maha Kudus, hanya Akulah yang patut disembah untuk beroleh kasih dan anugerahKu!”
Yesus tidak pernah menyuruh kepada para muridnya supaya beribadah dan bertuhan kepadanya. Justru Yesus yang notabene nabi utusan Allah mengajarkan tauhid (monoteisme).
“Jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa” (Markus 12: 29).
Bahkan kepada iblis pun Yesus mengajarkan tauhid. “Maka berkatalah Yesus kepadanya: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!’” (Matius 4: 10).
Salah besar jika Amelia maupun para penginjil lainnya mengajak orang untuk beribadah kepada Yesus, karena Yesus sendiri beribadah, berdoa dan minta ampun kepada Allah.
“Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman ia berdoa kepada Allah” (Lukas 6:12). Dalam Injil Matius 6:12 Yesus mengajarkan untuk minta ampun (istighfar) kepada Allah.
Yesus tidak pernah mengaku sebagai Tuhan maupun Allah Yang Maha Kudus seperti anggapan Amalia. Karena jika itu dilakukan Yesus, maka dia melanggar Taurat yang secara tegas melarang syirik kepada Allah:
“Engkau diberi melihatnya untuk mengetahui, bahwa Tuhanlah Allah, tidak ada yang lain kecuali Dia” (Ulangan 4:35).
“Sebab itu Engkau besar, ya Tuhan Allah, sebab tidak ada yang sama seperti Engkau dan tidak ada Allah selain Engkau menurut segala yang kami tangkap dengan telinga kami” (2 Samuel 7:22).
Menjadikan Yesus sebagai Tuhan yang sejajar, sama dan identik dengan Allah adalah pelanggaran berat terhadap Firman Allah dan sabda Yesus dalam Alkitab:
“Kepada siapakah kamu hendak menyamakan Aku, hendak membandingkan dan mengumpamakan Aku, sehingga kami sama?…. Akulah Allah dan tidak ada yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku” (Yesaya 46:5-9).
Duh, Nur Ilmi Amalia, kembalilah ke jalan yang lurus. Jika mengikuti Yesus, beribadahlah dengan menyembah, berdoa dan minta ampun kepada Tuhannya Yesus. Karena mempertuhankan Yesus adalah pengkhianatan terhadap ajaran Yesus.
Camkan sabda Yesus dalam Alkitab, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yohanes 17:3).
Dan renungkanlah sabda Nabi Isa AS yang diabadikan dalam Al-Qur’an, “Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu, sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus” (Qs. Ali ‘Imran 51, Az Zukhruf 64). []
(Dimuat di Majalah Al-Mujtama’ edisi 11 Th 1/9 Rabiul Awal1430, hlm. 46-47)
Dalam pengantarnya, Amalia bertutur: “Nama saya Nur Ilmi, saat ini saya tergugah dari hati terdalam untuk memberikan kesaksian iman Kristiani kepada mereka yang tidak dan belum mengenal Tuhan kita Yesus Kristus, Allah yang Maha Kuasa di atas segala ilah…. Yesus Kristuslah wujud Allah yang harus kita sembah dan kita puji kemuliannya.”
Dari pernyataan tersebut, jelaslah bahwa selebaran itu ditujukan secara umum dan terbuka kepada semua orang yang non Kristen, yang menurutnya belum mengenal Yesus Kristus.
Untuk mempertegas seruannya, Amalia menutup kesaksiannya dengan kalimat pamungkas, “Dan saya mengajak semua orang untuk memuji dan menyembah hanya kepada Tuhan Yesus Kristus, Allah Yang Maha Kudus untuk beroleh kasih dan anugerahnya. Halleluyah!”
Saking naifnya, untuk menambah dosis pemurtadan, dalam selebaran tersebut dilampirkan Surat Pernyataan bermaterai yang menyatakan bahwa ia menjadi Kristen tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Tak ketinggalan, Amalia juga melampirkan buletin Warta Sepekan terbitan Gereja Bethel Indonesia (GBI) yang beralamat di kawasan Kelapa Gading Jakarta Utara.
Pertama, Kesaksian Nur Ilmi Amalia ini layak dibilang tidak ilmiah, lantaran penuh dengan propaganda negatif terhadap Islam tanpa didukung dalil, argumen, referensi, dan fakta-fakta yang jelas. Ia hanya bisa menuding Islam yang telah ditinggalkannya sebagai agama yang mengajarkan kepada umatnya untuk membenci, memusuhi, membunuh, serta melakukan perbuatan guna-guna dan pelet berdasarkan mantra ayat-ayat Al-Qur’an. Semua tudingan ini tidak disertai dengan argumen dan dalil sama sekali. Ia tidak menunjukkan ayat Al-Qur’an mana yang menurutnya mengajarkan untuk membenci, memusuhi, membunuh, dan melakukan perbuatan guna-guna dan pelet.
Tuduhan bahwa Islam mengajarkan guna-guna dan pelet berdasarkan mantra Al-Qur’an adalah murni fitnah dan omong kosong untuk melecehkan agama Islam. Tuduhan ini sangat kontras dengan kenyataan bahwa Islam sangat memprioritaskan tauhid dan melarang keras perbuatan syirik. Karena di hadapan Allah syirik adalah sebuah kezaliman yang besar dan dosanya tak terampuni (Qs Luqman 13, An-Nisa 48). Salah satu prinsip tauhid yang harus diyakini oleh umat Islam, bahwa segala manfaat dan madharat datangnya hanya dari Allah SWT (Qs. Az-Zumar 38).
Guna-guna dan pelet adalah salah satu jenis sihir yang disebut sihir mahabbah. Semua jenis sihir adalah tipu daya syaitan. Sebagian ulama berpendapat bahwa tukang sihir adalah kafir dan hukum belajar sihir adalah haram. Para ulama –di antaranya Syaikh Abdirrahman bin Hasan bin Muhammad bin Abdil Wahhab dalam kitab Fathul Majid Lis Syarah Kitabut Tauhid dan Syaikh Wahid Abdul Salam Bali dalam kitab As-Sharimul Battar fit-Tashaddi lis-Sabaratil-Asyraf– menyatakan bahwa hukuman bagi para tukang sihir adalah dipenggal lehernya. Tukang sihir itu selamanya tidak akan pernah bahagia dunia dan akhirat.
“Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang” (Qs Thaha 69).
Pemakaian ayat-ayat Al-Qur’an untuk jimat dan pelet adalah perbuatan yang diharamkan oleh Allah SWT. Kalau tindakan ini dibenarkan dalam Islam, tentunya Rasulullah SAW adalah orang pertama yang melakukannya. Ternyata sepanjang hayatnya, beliau tidak pernah menjadikan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai azimat yang diletakkan di bawah bantal, digantungkan di leher bayi, maupun di atap rumah sebagai penangkal penyakit maupun tolak bala.
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang menggantungkan tamimah atau wadi’ah, maka sungguh dia telah berbuat syirik” (HR Ahmad, dishahihkan oleh Albani dalam Ash-Shihhah I:809).
Tamimah adalah jimat-jimat yang digantungkan pada leher manusia atau ditaruh di dompet untuk menangkal/mengusir penyakit, roh jahat, dsb. Sedangkan wadi’ah adalah benda-benda laut yang dijadikan sebagai jimat penangkal penyakit, dsb.
Yang diperbolehkan dalam Islam adalah ruqyah, yaitu bacaan-bacaan yang mengandung doa dan zikir dari Al-Qur’an dan Sunnah sesuai dengan teladan dan petunjuk dari Rasulullah SAW. Salah satu manfaat ruqyah adalah dapat mengobati berbagai gangguan sihir dan kerasukan jin dengan izin Allah SWT.
Jelaslah bahwa Al-Qur’an bukan untuk mantra, jimat, guna-guna, pelet dan sihir. Al-Qur’an adalah petunjuk dan pembeda antara yang hak dan yang batil (Qs. Al-Baqarah 185), penerangan bagi seluruh manusia serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa (Qs. Ali Imran 138), dan hikmat yang menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan (Qs. Luqman 1-3).
Bagi orang yang beriman, Al-Qur’an menjadi petunjuk dan rahmat (Qs. Al-A’raf 203, An-Nahl 64), petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan kabar gembira (Qs. Al-Isra 9), serta penawar dan rahmat (Qs. Al-Isra 82).
Meski demikian indah dan sarat akan hikmat dan rahmat Allah, namun orang kafir malah berpaling, mendustakan, dan memperolok-olokkan Al-Qur’an (Qs. Al-An’am 4-5, Asy-Syu’ara’ 6). Mereka tidak sadar bahwa pada hakikatnya, penolakan dan olok-olokan mereka itu adalah tindakan yang sedang menunggu azab dan siksa neraka yang menghinakan (Qs Al-Mursalat 28-50).
Kedua, Kesaksian Nur Ilmi Amalia ini sangat pantas disebut tidak amaliah karena mustahil diamalkan dalam kehidupan ritual beragama. Dia hanya mengajak untuk beribadah menyembah hanya kepada Yesus yang diyakininya sebagai Tuhan dan Allah Yang Maha Kudus. Tapi dia sama sekali tidak menampilkan satu argumen atau satu dalil pun berdasarkan kitab suci yang diimaninya.
Padahal, kalau Amalia mau memfungsikan nalarnya untuk berpikir ilmiah dan objektif, bacalah Alkitab (Bibel) dari awal kitab Kejadian sampai akhir kitab Wahyu. Tak satu ayat pun yang mendukung seruannya, bahkan seruannya bertolak belakang dengan kitab suci.
Amelia menyerukan “Dan saya mengajak semua orang untuk memuji dan menyembah hanya kepada Tuhan Yesus Kristus, Allah Yang Maha Kudus untuk beroleh kasih dan anugerahnya,” padahal dalam Alkitab Yesus tidak pernah bersabda kepada para muridnya, “Akulah Tuhan, Allah Yang Maha Kudus, hanya Akulah yang patut disembah untuk beroleh kasih dan anugerahKu!”
Yesus tidak pernah menyuruh kepada para muridnya supaya beribadah dan bertuhan kepadanya. Justru Yesus yang notabene nabi utusan Allah mengajarkan tauhid (monoteisme).
“Jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa” (Markus 12: 29).
Bahkan kepada iblis pun Yesus mengajarkan tauhid. “Maka berkatalah Yesus kepadanya: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!’” (Matius 4: 10).
Salah besar jika Amelia maupun para penginjil lainnya mengajak orang untuk beribadah kepada Yesus, karena Yesus sendiri beribadah, berdoa dan minta ampun kepada Allah.
“Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman ia berdoa kepada Allah” (Lukas 6:12). Dalam Injil Matius 6:12 Yesus mengajarkan untuk minta ampun (istighfar) kepada Allah.
Yesus tidak pernah mengaku sebagai Tuhan maupun Allah Yang Maha Kudus seperti anggapan Amalia. Karena jika itu dilakukan Yesus, maka dia melanggar Taurat yang secara tegas melarang syirik kepada Allah:
“Engkau diberi melihatnya untuk mengetahui, bahwa Tuhanlah Allah, tidak ada yang lain kecuali Dia” (Ulangan 4:35).
“Sebab itu Engkau besar, ya Tuhan Allah, sebab tidak ada yang sama seperti Engkau dan tidak ada Allah selain Engkau menurut segala yang kami tangkap dengan telinga kami” (2 Samuel 7:22).
Menjadikan Yesus sebagai Tuhan yang sejajar, sama dan identik dengan Allah adalah pelanggaran berat terhadap Firman Allah dan sabda Yesus dalam Alkitab:
“Kepada siapakah kamu hendak menyamakan Aku, hendak membandingkan dan mengumpamakan Aku, sehingga kami sama?…. Akulah Allah dan tidak ada yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku” (Yesaya 46:5-9).
Duh, Nur Ilmi Amalia, kembalilah ke jalan yang lurus. Jika mengikuti Yesus, beribadahlah dengan menyembah, berdoa dan minta ampun kepada Tuhannya Yesus. Karena mempertuhankan Yesus adalah pengkhianatan terhadap ajaran Yesus.
Camkan sabda Yesus dalam Alkitab, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yohanes 17:3).
Dan renungkanlah sabda Nabi Isa AS yang diabadikan dalam Al-Qur’an, “Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu, sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus” (Qs. Ali ‘Imran 51, Az Zukhruf 64). []
(Dimuat di Majalah Al-Mujtama’ edisi 11 Th 1/9 Rabiul Awal1430, hlm. 46-47)
AL-QURAN TIDAK DI KORUPSI 127 AYAT
Sebagai konsekuensi dari dua kalimat syahadat, seorang Muslim meyakini Al-Qur’an sebagai satu-satunya kitab suci pamungkas yang tidak mengandung keraguan (la rayba fih) sedikit pun. Otentisitasnya dijamin langsung oleh Allah SWT, sehingga setiap huruf dan ayatnya selalu terjaga sepanjang masa dari segala perubahan (tahrif), baik penambahan, pengurangan, penyisipan, manipulasi, maupun perubahan tata letak ayat. Jaminan langsung dari Allah itulah yang menjadi penentu kemurnian Islam sebagaimana yang diajarkan Rasulullah SAW.
Karenanya, para musuh Islam baik orientalis Yahudi maupun Kristen yang ingin meruntuhkan Islam, menjadikan Al-Qur’an sebagai sasaran tembak. Mereka berpikir, jika keyakinan terhadap otoritas (kehujjahan) Al-Qur’an ini runtuh, maka tidak ada lagi yang bisa dipertahankan dari Islam selain namanya (illa ismuhu).
Salah satu upaya yang mereka tempuh untuk menggoyang keyakinan umat Islam terhadap orisinalitas Al-Qur’an adalah menciptakan berbagai kebohongan –yang dikemas sedemikian rupa sehingga menimbulkan efek seolah-olah objektif dan ilmiah– bahwa mushaf Al-Qur’an yang ada di tangan umat Islam saat ini tidak sama dengan Al-Qur’an yang diwahyukan Tuhan kepada Nabi Muhammad. Mereka menuding proses pembukuan Al-Qur’an oleh Khalifah Abu Bakar dan Utsman RA banyak mengalami kesalahan dan distorsi.
Akhir-akhir ini, dalam berbagai situs, mailis dan blog, para penginjil giat menyerang otentisitas Al-Qur’an dengan berbagai syubhat. Beberapa situs di antaranya: http://www.ekaristi.org, http://eInjil.com, http://www.sarapanpagi.org, www.indonesia.faithfreedom.org, dll.
Salah satu amunisi untuk menyerang Al-Qur’an, justru mereka kais dari mulut para liberalis berkedok Islam (kelompok JIL). Artikel “Merenungkan Sejarah Al-Qur’an” tulisan Luthfi Assyaukanie dalam islamlib.com (17/11/2003), menjadi “durian runtuh” bagi para penginjil. Dalam artikel tersebut, pentolan JIL yang menjadi dosen Sejarah Pemikiran Islam di Universitas Paramadina Jakarta ini menuduh Al-Qur’an surat Al-Ahzab yang ada saat ini tidak sesuai dengan Al-Qur’an yang diajarkan Nabi Muhammad, karena dikorupsi 127 ayat pada proses pembukuannya. Berikut kutipannya:
“Perbedaan antara mushaf Utsman dengan mushaf-mushaf lainnya bisa dilihat dari komplain Aisyah, istri Nabi, yang dikutip oleh Jalaluddin al-Suyuthi dalam kitabnya, al-Itqan, dalam kata-kata berikut: “pada masa Nabi, surah al-Ahzab berjumlah 200 ayat. Setelah Uthman melakukan kodifikasi, jumlahnya menjadi seperti sekarang [yakni 73 ayat].” (http://www.islamlib.com/id/page.php?page= article&id=447).
Serangan para penginjil Kristen dan liberalis Muslim itu bukan hal yang baru, melainkan sudah kuno dan kadaluwarsa (out of date). Jauh sebelumnya tudingan ini telah dilontarkan oleh Robert Morey pada tahun 1992 dalam buku The Islamic Invasion. Morey menulis:
“Some verses missing. According to Professor Guillaume in his book, Islam, (p. 191 ff), some of the original verses of the Quran were lost. For example, one Sura originally had 200 verses in the days of Ayesha. But by the time Utsman standardized the text of the Quran, it had only 73 verses! A total of 127 verses had been lost, and they have never been recovered.” (The Islamic Invasion: Confronting the World’s Fastest Growing Religion, Harvest House Publishers, Eugene, Oregon, p. 121).
(Beberapa Ayat Hilang. Menurut Profesor Guillaume dalam bukunya yang berjudul Islam, pada halaman 191 ff disebutkan bahwa beberapa ayat Al-Qur’an yang asli telah hilang. Contohnya adalah salah satu surat yang aslinya terdiri dari 200 ayat pada zaman Aisyah. Akan tetapi anehnya sesaat sebelum Utsman membukukan teks Al-Qur’an, jumlah ayatnya tersisa hingga 73 ayat! Sedangkan 127 ayat lainnya telah hilang begitu saja dan tidak pernah ditemukan lagi hingga sekarang).
Betapa kompaknya ocehan penginjil Kristen dan aktivis JIL itu, sangat cocok bagai cembul dapat tutupnya. Sama-sama menghujat, dan sama-sama tidak ilmiah.
Gaya mengkritik para penginjil, orientalis dan liberalis itu sangat kampungan dan tidak ilmiah sama sekali. Mereka hanya bisa menuding Al-Qur’an hilang tanpa menyebutkan teks ayat yang dituding hilang itu, apa motifnya, dan siapa yang menghilangkannya.
Hal ini berbeda dengan gaya ilmuwan Kristen ketika mengkritik Alkitab (Bibel), kitab suci mereka sendiri. Ketika memvonis kepalsuan ayat ketuhanan Trinitas dalam kitab 1 Yohanes 5:7-8: “Sebab ada tiga yang memberi kesaksian [di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu. Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi]” (1 Yohanes 5:7-8).
Mmereka bisa membuktikan siapa yang pemalsunya, kapan terjadinya dan apa motif pemalsuan ayat tersebut. William Barclay –teolog terkemuka asal Skotlandia yang dikukuhkan menjadi Gurubesar dalam bidang Biblical Criticism tahun 1969– bisa menunjukkan asal-usul kepalsuan ayat Trinitas itu. Dengan data-data yang valid, dibuktikannya bahwa orang pertama yang mengutip ayat itu adalah Priscillian, seorang bidat asal Spanyol yang meninggal tahun 385. Sisipan teks ayat itu berasal dari komentar atau catatan pada margin Alkitab yang dimasukkan secara resmi ke dalam Alkitab karena dianggap mendukung doktrin Trinitas (William Barclay, The Daily Bible Study: the Epistles of John and Jude, [edisi Indonesia: Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat-surat Yohanes dan Yudas], hlm. 185-187).
Terhadap tudingan korupsi 127 ayat dalam Al-Qur’an, kita tidak bisa berkomentar banyak, karena tudingan tersebut disuguhkan apa adanya tanpa penelitian sedikit pun. Padahal, sebagai seorang ilmuwan terpelajar, seharusnya mereka melakukan penyelidikan lebih jauh, darimana riwayat kisah tersebut dikutip oleh Guillaume. Tuduhan ini tertolak dengan fakta-fakta berikut:
Pertama, Khabar dalam Al-Itqan yang dikutip oleh Luthfi Assyaukanie –maupun Profesor Guillaume– tidak valid dan patut dipertanyakan, karena tidak mencamtumkan sanad yang shahih sampai kepada para shahabat.
Apalagi, para ulama hadits menyebut riwayat yang mencatut nama Aisyah ummul mukminin itu sebagai “sanad yang paling lemah” (Tafsir At-Tahrir Wat-Tanwir X/246).
Senada dengan itu, Muhammad Izzah Daruzah yang telah melakukan penelitian terhadap tuduhan itu, menyebutnya sebagai khabar yang kurang dipercaya (dhaif) dan tidak terdapat dalam kitab hadits yang shahih. Maka tawaquf (abstain) dari khabar tersebut lebih afdhal. Selain itu, dalam mushaf Utsman RA dinukil dari mushaf yang telah disusun pada masa Abu Bakar RA, tidak mungkin terjadi penghapusan satu ayat pun, apalagi sampai ratusan ayat seperti yang dituduhkan itu. Apalagi Aisyah RA adalah wanita yang kuat hafalan baik terhadap ayat-ayat Al-Qur’an maupun hadits nabi. Sehingga sangat tidak masuk akal jika Aisyah hanya berdiam diri saat menjumpai ada ratusan ayat yang dihapus. Kalaupun pengurangan ayat itu terjadi tidak masuk akal pula kalau dirinya tidak membantah” (At-tafsir Al-Hadits; Tafsir Suwar Murattabah Hasba Nuzul, VIII/238-239).
Kedua, Secara logika, penyusutan ayat dari 200 menjadi 73, artinya hilang 127 ayat. Ini bukan suatu jumlah yang sedikit. Seandainya Utsman mengorupsi 127 ayat Al-Qur’an pada proses pembukuan, bisa dipastikan umat Islam akan ‘geger’ pada waktu itu, bahkan bisa terjadi konflik berdarah yang akan menggagalkan proses pembukuan Al-Qur’an. Jika berani mengorupsi ayat Al-Qur’an meskipun hanya satu ayat, pastilah Utsman akan menuai komplain dari para shahabat lainnya, karena sangat banyak shahabat yang hafal Al-Qur’an di luar kepala.
Ketiga, Riwayat dhaif tentang komplain Aisyah terhadap mushaf Al-Qur’an, semakin terbukti dengan adanya ijma’ (consensus) umat Islam terhadap mushaf Al-Qur’an pada waktu itu. Setelah mushaf Al-Qur’an pada masa Utsman selesai dibukukan, naskah tersebut diverifikasi dan dicek dengan mushaf yang dari Hafshah, lalu dibacakan kepada para shahabat di depan Utsman. Ternyata tak satupun shahabat yang memprotes (komplain) terhadap mushaf Al-Qur’an tersebut. (The History of Qur’anic Text, edisi Indonesia: Sejarah Teks Al-Qur’an, hlm. 105).
Keempat, Dalam sejarah pembukuan Al-Qur’an, tidak pernah terjadi ayat yang hilang, karena sejak zaman Nabi, Al-Qur’an sudah dihafal oleh ratusan shahabat secara mutawatir. Yang terjadi adalah terselipnya media catatan ayat pada proses pembukuannya, padahal ayat tersebut sudah dihafal di luar kepala oleh para shahabat. Jika hal ini terjadi, maka penulisan ayat Al-Qur’an dalam mushaf belum dapat dilakukan, karena penulisan ayat dilakukan jika memenuhi dua syarat: adanya hafalan yang dihafalkan langsung dari Rasulullah SAW dan adanya tulisan yang ditulis langsung di hadapan Rasulullah. Jika para shahabat sudah hafal suatu ayat tapi tulisannya belum dijumpai, maka tulisan tersebut dicari sampai ketemu, baru kemudian ditulis dalam mushaf.
Misalnya, surat Al-Ahzab 33 belum ditemukan catatannya, sementara ayat tersebut sudah dihafal di luar kepala oleh para shahabat. Padahal Abu Bakar mempersyaratkan adanya catatan Al-Qur’an yang disaksikan oleh dua orang ketika ditulis langsung di hadapan Rasulullah.
Maka ayat yang dimaksud dicari-cari terus, hingga akhirnya diketemukan pada catatan shahabat Abu Khuzaimah bin Aus Al-Anshary. Demikian pula dengan surat At-Taubah 128-129, yang akhirnya diketemukan di kediaman shahabat Khuzaimah bin Tsabit.
Tak satupun ayat Al-Qur’an yang hilang, karena ayat-ayat itu langsung dihafal oleh para shahabat setelah diwahyukan kepada Nabi SAW. Dan tidak pernah terjadi perbedaan naskah Al-Qur’an menurut Aisyah dengan naskah Al-Qur’an yang dibukukan oleh kepanitiaan yang dibentuk oleh Utsman bin Affan.
Itulah salah satu cara penjagaan Allah terhadap Al-Qur’an adalah menjadikannya sebagai mukjizat yang penuh dengan keindahan struktur sehingga mudah dihafalkan orang, meskipun orang itu tidak paham bahasa Arab.
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Qs Al-Qalam 17, 22, 32, 40).
Buah penjagaan Allah terhadap kitab suci-Nya adalah tidak adanya perbedaan Al-Qur’an yang beredar di seluruh dunia. Di negara manapun, Al-Qur’an tetap sama dan seragam, dalam bahasa Arab yang sudah dihafal oleh jutaan huffaz.
Fakta-fakta itu seharusnya bisa mencelikkan mata para para penginjil, orientalis dan liberalis. Bila mereka keukeh tidak mau menerima kebenaran Al-Qur’an, bahkan terus-menerus menghujatnya, masih adakah perbedaan aqidah antara para misionaris JIL dan penginjil Kristen itu, selain kolom agama di KTP?
[Dimuat di Tabloid Suara Islam edisi 72, tanggal 7-21 Agustus 2009M, hlm. 18]
Senin, 08 April 2013
TUDUHAN QS AN NAML 88
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di
tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah)
perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu.” (QS. An
Naml : 88)
Sebagaimana diketahui oleh para ahli astronomi bahwa awan tidaklah bergerak sendiri akan tetapi perpindahannya dibawa oleh angin, demikian pula gunung-gunung yang dilihat oleh seseorang, dia mengira bahwa gunung itu tetap di tempatnya padahal dia bergerak dengan cepat juga sementara manusia tidak melihatnya.
Hal itu bukanlah dikarenakan gunung-gunung atau orang-orang yang melihatnya yang memindahkannya akan tetapi bumi yang berpindah dengan cepat di antariksa alam semesta sebagaimana kecepatan angin terhadap awan. Dan kedua-duanya adalah ciptaan Allah swt yang telah meneguhkan segala sesuatu, Dia lah Yang Maha Suci yang mengirimkan angin yang menggerakkan awan dan Dialah swt yang menggerakkan bumi yang membawa gunung-gunung yang berjalan seperti perjalanan awan.
Inilah tafsir ilmiah terhadap kenyataan alam semesta didalamnya berupa peneguhan ciptaan-Nya yang menunjukkan akan kebesaran Sang Pencipta dan Kekuasaan Yang Maha Suci.
Para ahli tafsir klasik telah mengalami kekeliruan dalam mengambil pelajaran dari ayat yang memberikan isyarat akan kehancuran gunung-gunung sehancur-hancurnya pada hari kiamat !
Mereka perlu mendapat pemakluman dalam hal ini dikarenakan mereka belum mengetahui bahwa bumi bergerak dengan suatu gerakan, bukan harian maupun tahunan, karena itu mereka mengalami kekeliruan dalam memberikan arti terhadap apa yang menjadi tuntutan ilmiyah didalam sebuah ayat yang mulia serta lupa akan hal-hal yang menjadi mu’jizat bayani didalam ungkapan Al Qur’an yang menghalanginya untuk mengembalikannya (tafsir surat an Naml : 88, pen) kepada tafsir ukhrowi dikarenakan sebab-sebab berikut :
1. Gunung-gunung pada hari kiamat tidaklah ada dikarenakan ia akan berantakan dan hancur lebur, sebagaimana firman Allah swt :
Artinya : “dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, Maka Katakanlah: "Tuhanku akan menghancurkannya (di hari kiamat) sehancur-hancurnya” (QS. Thaha : 105)
Artinya : “dan apabila gunung-gunung dihancurkan.” (QS. At Takwir : 3)
Bagaimana manusia dapat melihat gunung-gunung yang telah hancur lebur dan tidak ada kesempatan pada hari itu untuk memikirkan gunung-gunung dan yang lainnya pada waktu yang diliputi dengan suasana mencekam dan mengerikan sebagaimana firman Allah swt :
Artinya ; “Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya.” (QS. Abasa : 34)
Artinya : “Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (QS. Abasa : 37)
2. Firman Allah swt :
"...kamu sangka dia tetap di tempatnya“"
Hal itu terjadi di dunia bukan di akherat, dan dunia adalah negeri yang penuh dengan berbagai kemungkinan dan dugaan sedangkan akherat adalah negeri yang penuh dengan keyakinan, sebagaimana firman Allah swt :
Artinya : “dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin.” (QS. At Takatsur : 7)
3. Firman Allah swt diakhir ayat :
Artinya : “Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. An Naml : 88), maksudnya Maha Mengetahui apa-apa yang kalian kerjakan sekarang di dunia dan akherat adalah negeri pembalasan bukan negeri untuk beramal atau bekerja.
4. Firman Allah swt :
Artinya : “(Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu.” (QS. An Naml : 88) memberikan isyarat kepada dunia dikarenakan kehancuran, kerusakan dan keruntuhan pada hari kiamat tidaklah dinamakan dengan shun’an (perbuatan) dan tidak juga termasuk dalam ‘itqon (kekokohan), sebagaimana disebutkan oleh DR. Al Ghamrawi dan az Zamakhsyari sajalah yang mengetahui dengan perasaan yang fashih akan ketidaksesuaian antara firman Allah صنع الله اللذى أتقن كل شيء dengan kehancuran gunung-gunung pada hari kiamat.. dia mengatakan,”Makna hari ditiupkannya sangkakala, begini dan begitu, Allah memberikan pahala kepada orang-orang yang berbuat baik dan mengadzab orang-orang yang jahat.”
Kemudian berkata صنع الله maksudnya adalah pemberian pahala dan sangsi. Dan menjadikan صنع (perbuatan) ini diantara kalimat segala sesuatu yang diteguhkan, dan dipakainya kalimat itu sebagai hikmah dan kebenaran hingga akhir perkataannya yang kemudian banyak ditentang oleh selainnya seperti Abu Hayyan walaupun mereka semua belum mengetahui isyarat ayat ini terhadap pergerakan bumi !
Dan seandainya Az Zamakhsyari dan Abu Hayyan mengetahui apa yang kita ketahui pada hari ini berupa perputaran bumi mengelilingi matahari dengan cara-cara yang jelas dan pergerakannya di antariksa serta apa yang telah ditetapkan oleh sunnah ilahiyah yang rinci dan apa-apa yang memberikan manfaat kepada manusia pasti mereka akan mengagungkan Allah dan bersegera kepada makna yang terdapat didalam ayat serta membuat perumpamaan dengan bukti-bukti kongkrit lagi nyata dan mereka akan mengetahui ajakan didalam “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka Dia tetap di tempatnya, Padahal ia berjalan sebagai jalannya awan.” (QS. An Naml : 88)
Ia adalah ajakan yang ditujukan kepada manusia saat ini pada zaman iptek dan di setiap zaman yang akan datang yang menunjukkan akan satu tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah yang besar sebagai sebab mendapatkan hidayah dari Allah sebagaimana Allah menunjukkan didalam dua ayat sebelumnya akan pergerakan kumparan pada bumi dialam firman-Nya
Artinya : “Apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Kami telah menjadikan malam supaya mereka beristirahat padanya dan siang yang menerangi? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.” (QS. An Naml : 86)
Susunan perkataannya menunjukkan pergerakan bumi di dunia yang menjatuhkan argumentasi para ahli tafsir klasik bahwa ayat :
Artinya : “dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri.” (QS. An Naml : 87)
Didalam kedua ayat tersebut terdapat isyarat terhadap penafsiran akherat dengan hancurnya gunung-gunung pada hari kiamat, Imam Asy Syeikh Asy Sya’rawi mengatakan bahwa perumpamaan Al Qur’an مر السحاب (sebagai jalannya awan) menjadikan kita bertanya-tanya.
Mengapa Allah tidak mengatakan مر الرياح (jalannya angin), مر العواصف (jalannya angin angin topan) مر الأمواج (jalannya ombak) atau lafazh yang lainnya.. dikarenakan awan tidaklah bergerak sendiri akan tetapi didorong dengan suatu kekuatan yaitu kekuatan angin, dengan ini Allah swt menyadarkan kita bahwa pergerakan gunung di sini bukanlah pergerakan dengan sendirinya seperti pergerakan bumi dan sebagaimana pergerakan angin akan tetapi gunung-gunung berjalan dihadapanmu sebagaimana pergerakan awan yaitu bergerak dengan pergerakan bumi dan mengapa Allah swt tidak mengatakan .... “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan, berlari atau bergerak...?” Karena itu Allah swt menghindari lafazh-lafazh yang menunjukkan bahwa gunung-gunung bergerak dengan sendirinya, inilah i’jaz (keagungan Al Qur’an)
Prof. Manshur juga menjelaskan bahwa betul telah dibuktikan secara ilmiyah bahwa bumi berputar mengelilingi matahari sekali setiap 365,25 hari dengan kecepatan perputarannya mencapai sekitar 67.000 mil/jam dan itu didalam orbit setengah diameternya yang sekitar 93.000.000 mil, dan dengan ini bumi tetap tegak diatas porosnya dan tidak melemparkan kita dari permukaannya.
Kembali kepada surat An Naml : 86 – 88 bahwa ayat yang pertama menunjukkan kenyataan salah satu pergerakan bumi, yaitu pergerakan pada porosnya dengan pergantian malam dan siang, sebagaimana firman-Nya :
Artinya : “Apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Kami telah menjadikan malam supaya mereka beristirahat padanya dan siang yang menerangi?” (QS. An Naml : 86) dan isyarat pada ayat ketiganya tentang pergerakan lain dari bumi didalam firman-Nya :
وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ صُنْعَ اللَّهِ الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍ
Artinya : “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka Dia tetap di
tempatnya, Padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah)
perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu.” (QS. An
Naml : 88)
Pergerakan Bumi Bersama Matahari
Kita telah mengetahui sejak abad XVI M bahwa bumi berputar pada porosnya serta mengelilingi matahari kemudian terjadi penjelasan pada abad XX M bahwa matahari tidaklah diam di pusat seluruh planetnya, akan tetapi bergeraknya dengan dua gerakan didalam galaksi bima sakti, sebagaimana berikut :
1. Pergerakan matahari secara serasi dengan bintang-bintang galaksi disekitarnya dengan kecepatan 43.000 mil/jam terhadap bintang vega.
2. Pergerakan matahari pada saat yang sama mengelilingi pusat galaksi dengan kecepatan perputarannya mencapai 54.000 mil/jam.
Dan dimana seluruh planetnya—yang sembilan dan satelit-satelitnya termasuk bumi dan bulannya, ikatan-ikatan planetnya serta komet-kometnya—menyertai matahari sementara kita diatas bumi akan bergerak bersama matahari didalam gerakan pertama dan kita berputar bersama matahari didalam gerakan kedua di alam galaksi.
Dan suatu kebenaran yang mengagumkan adalah bahwa kedua gerakan tersebut sempurna analoginya... sebagaimana disebutkan didalam Al Qur’an Al Karim :
1. Pergerakan matahari.
Artinya : “Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.” (QS. Yaasin : 38)
Kata kerja تجرى (berjalan) tampak sesuatu yang nisbi dimata manusia akan pergerakan matahari setiap harinya dari timur ke barat, ia adalah gerakan yang menipu bagi matahari karena yang bergerak adalah bumi, bumilah yang berputar mengelilingi dirinya dari barat ke timur sehingga tampak bagi kita bahwa matahari yang begerak secara nisbi ke arah yang berlawanan dengan gerakan pohon apabila anda lihat dari jendela kereta api... Hal inilah yang tidak diketahui oleh para ahli tafsir klasik.
(والشمس تجرى) “matahari berjalan” merupakan mu’jizat ilmiyah yang besar yang tidak terfikirkan oleh seseorang sehingga disingkap oleh para ahli fisika antariksa setelah tersedianya alat-alat teropong dan memungkinkan tafsir dengan efek doppler yang memunculkan penyingkapan terbesar dipertengahan abad XX ini dan Maha Suci Allah yang menjadikan gumpalan dari api sebanding kurang lebih dengan 333.000 kali gumpalan bumi berputar di kerajaan Allah dengan kecepatan 43.000 mil/jam.
Selanjutnya firman Allah لمستقر لها “ditempat peredarannya” ... sebenarnya bahwa tempat peredaran yang menjadi akhir dari pergerakan matahari adalah diantara perkara yang ghaib yang tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui yang menetapkan pergerakan dengan keadaannya yang berakhir sampai tujuannya pada waktu yang hanya Allah saja yang mengetahuinya sebagai petunjuk akan berakhirnya matahari pada masa yang akan datang sebelum atau saat terjadi kiamat.
Beliau juga mengatakan bahwa sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa makna tempat peredaran adalah pergerakan matahari secara lahiriyah dan merubah posisinya di sebelah timur dan barat pada orbit satu tahun dan kembali lagi secara lahiriyah setiap tahun antara ujung kedua tempat itu, matahari sampai ke ujung keduanya itu pada waktu musim dingin dan musim panas dan tidak menyalahi keduanya dan setiap tempat dari kedua ujung itu memiliki tempat peredarannya.
Menurut pandangan para ahli tafsir, yaitu sekali pada waktu musim dingin dan sekali pada waktu musim panas karena mereka menetapkan bahwa matahari apabila tiba di salah satu dari kedua tempat itu maka ia mulai untuk kembali secara bertahap sehingga tiba di tempat yang lainnya selama enam bulan. Ini bukanlah tempat peredaran kecuali apabila dilihat dari aspek majaz, dan kita memaklumi para ahli tafsir dikarenakan mereka belum mengetahui bahwa pergerakan lahiriyah matahari merupakan hasil dari pergerakan bumi mengelilingi dirinya sendiri setiap hari dan mengelilingi matahari setiap tahun.. dengan ini jelaslah mukjizat (keagungan) didalam ayat di surat Yaasin “Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.”
Subhanallah ternyata Al Qur’an mengatakan kepada setiap manusia yang berbeda dengan akal dan zaman mereka, dan yang terpenting di sini adalah bahwa bumi bergerak bersama matahari di angkasa raya.
2. Pergerakan matahari pada orbitnya mengelilingi galaksi.
Telah dibuktikan melalui teropong pada masa kini bahwa matahari adalah bintang didalam galaksi bima sakti yang mencakup 130 juta bintang seperti matahari kita yang tersebar di cakram galaksi yang cembung di pusat dengan ketebalan mencapai 10.000 tahun cahaya dan diameter galaksi mencapai 100.000 tahun cahaya sedangkan letak matahari berada pada 33.000 tahun cahaya dari pusat dan itu pada salah satu lintasan yang berputar bersama matahari mengelilingi pusat galaksi sekali setiap 250 juta tahun dengan kecepatan putaran matahari mencapai 540.000 juta mil/jam.Sungguh suatu kecepatan yang sangat kencang dan konstan bagi matahari dan bumi kita yang menyertainya tanpa kita merasakan perputaran angkasa raya ini dan yang telah ditunjukkan Al Qur’an dua kali didalam firman-Nya :
Artinya : “Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” (QS. Yaasin : 40)
Artinya : “Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (QS. Al Anbiya : 33)—(sumber : www.55a.net)
Prof. DR. Manshur Muhammad Hasban Nabiyy adalah penulis buku “I’jazul Qur’an fii Aafaqiz Zaman wal Makan” (Keagungan Al Qur’an di cakrawala zaman dan tempat)
Wallahu A’lam.
________________________________________________________________________________
SEKARANG BAGAIMANAKAH TANGGAPAN ALKITAB MENGENAI MATAHARI DAN BUMI???
Sebagaimana diketahui oleh para ahli astronomi bahwa awan tidaklah bergerak sendiri akan tetapi perpindahannya dibawa oleh angin, demikian pula gunung-gunung yang dilihat oleh seseorang, dia mengira bahwa gunung itu tetap di tempatnya padahal dia bergerak dengan cepat juga sementara manusia tidak melihatnya.
Hal itu bukanlah dikarenakan gunung-gunung atau orang-orang yang melihatnya yang memindahkannya akan tetapi bumi yang berpindah dengan cepat di antariksa alam semesta sebagaimana kecepatan angin terhadap awan. Dan kedua-duanya adalah ciptaan Allah swt yang telah meneguhkan segala sesuatu, Dia lah Yang Maha Suci yang mengirimkan angin yang menggerakkan awan dan Dialah swt yang menggerakkan bumi yang membawa gunung-gunung yang berjalan seperti perjalanan awan.
Inilah tafsir ilmiah terhadap kenyataan alam semesta didalamnya berupa peneguhan ciptaan-Nya yang menunjukkan akan kebesaran Sang Pencipta dan Kekuasaan Yang Maha Suci.
Para ahli tafsir klasik telah mengalami kekeliruan dalam mengambil pelajaran dari ayat yang memberikan isyarat akan kehancuran gunung-gunung sehancur-hancurnya pada hari kiamat !
Mereka perlu mendapat pemakluman dalam hal ini dikarenakan mereka belum mengetahui bahwa bumi bergerak dengan suatu gerakan, bukan harian maupun tahunan, karena itu mereka mengalami kekeliruan dalam memberikan arti terhadap apa yang menjadi tuntutan ilmiyah didalam sebuah ayat yang mulia serta lupa akan hal-hal yang menjadi mu’jizat bayani didalam ungkapan Al Qur’an yang menghalanginya untuk mengembalikannya (tafsir surat an Naml : 88, pen) kepada tafsir ukhrowi dikarenakan sebab-sebab berikut :
1. Gunung-gunung pada hari kiamat tidaklah ada dikarenakan ia akan berantakan dan hancur lebur, sebagaimana firman Allah swt :
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْجِبَالِ فَقُلْ يَنسِفُهَا رَبِّي نَسْفًا
Artinya : “dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, Maka Katakanlah: "Tuhanku akan menghancurkannya (di hari kiamat) sehancur-hancurnya” (QS. Thaha : 105)
وَإِذَا الْجِبَالُ سُيِّرَتْ
Artinya : “dan apabila gunung-gunung dihancurkan.” (QS. At Takwir : 3)
Bagaimana manusia dapat melihat gunung-gunung yang telah hancur lebur dan tidak ada kesempatan pada hari itu untuk memikirkan gunung-gunung dan yang lainnya pada waktu yang diliputi dengan suasana mencekam dan mengerikan sebagaimana firman Allah swt :
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ
Artinya ; “Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya.” (QS. Abasa : 34)
لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ
Artinya : “Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (QS. Abasa : 37)
2. Firman Allah swt :
"...kamu sangka dia tetap di tempatnya“"
Hal itu terjadi di dunia bukan di akherat, dan dunia adalah negeri yang penuh dengan berbagai kemungkinan dan dugaan sedangkan akherat adalah negeri yang penuh dengan keyakinan, sebagaimana firman Allah swt :
ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ
Artinya : “dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin.” (QS. At Takatsur : 7)
3. Firman Allah swt diakhir ayat :
إِنَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَفْعَلُونَ
Artinya : “Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. An Naml : 88), maksudnya Maha Mengetahui apa-apa yang kalian kerjakan sekarang di dunia dan akherat adalah negeri pembalasan bukan negeri untuk beramal atau bekerja.
4. Firman Allah swt :
صُنْعَ اللَّهِ الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍ
Artinya : “(Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu.” (QS. An Naml : 88) memberikan isyarat kepada dunia dikarenakan kehancuran, kerusakan dan keruntuhan pada hari kiamat tidaklah dinamakan dengan shun’an (perbuatan) dan tidak juga termasuk dalam ‘itqon (kekokohan), sebagaimana disebutkan oleh DR. Al Ghamrawi dan az Zamakhsyari sajalah yang mengetahui dengan perasaan yang fashih akan ketidaksesuaian antara firman Allah صنع الله اللذى أتقن كل شيء dengan kehancuran gunung-gunung pada hari kiamat.. dia mengatakan,”Makna hari ditiupkannya sangkakala, begini dan begitu, Allah memberikan pahala kepada orang-orang yang berbuat baik dan mengadzab orang-orang yang jahat.”
Kemudian berkata صنع الله maksudnya adalah pemberian pahala dan sangsi. Dan menjadikan صنع (perbuatan) ini diantara kalimat segala sesuatu yang diteguhkan, dan dipakainya kalimat itu sebagai hikmah dan kebenaran hingga akhir perkataannya yang kemudian banyak ditentang oleh selainnya seperti Abu Hayyan walaupun mereka semua belum mengetahui isyarat ayat ini terhadap pergerakan bumi !
Dan seandainya Az Zamakhsyari dan Abu Hayyan mengetahui apa yang kita ketahui pada hari ini berupa perputaran bumi mengelilingi matahari dengan cara-cara yang jelas dan pergerakannya di antariksa serta apa yang telah ditetapkan oleh sunnah ilahiyah yang rinci dan apa-apa yang memberikan manfaat kepada manusia pasti mereka akan mengagungkan Allah dan bersegera kepada makna yang terdapat didalam ayat serta membuat perumpamaan dengan bukti-bukti kongkrit lagi nyata dan mereka akan mengetahui ajakan didalam “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka Dia tetap di tempatnya, Padahal ia berjalan sebagai jalannya awan.” (QS. An Naml : 88)
Ia adalah ajakan yang ditujukan kepada manusia saat ini pada zaman iptek dan di setiap zaman yang akan datang yang menunjukkan akan satu tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah yang besar sebagai sebab mendapatkan hidayah dari Allah sebagaimana Allah menunjukkan didalam dua ayat sebelumnya akan pergerakan kumparan pada bumi dialam firman-Nya
أَلَمْ يَرَوْا أَنَّا جَعَلْنَا اللَّيْلَ
لِيَسْكُنُوا فِيهِ وَالنَّهَارَ مُبْصِرًا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ
لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Artinya : “Apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Kami telah menjadikan malam supaya mereka beristirahat padanya dan siang yang menerangi? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.” (QS. An Naml : 86)
Susunan perkataannya menunjukkan pergerakan bumi di dunia yang menjatuhkan argumentasi para ahli tafsir klasik bahwa ayat :
وَيَوْمَ يُنفَخُ فِي الصُّورِ فَفَزِعَ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَمَن فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَن شَاء اللَّهُ
Artinya : “dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri.” (QS. An Naml : 87)
Didalam kedua ayat tersebut terdapat isyarat terhadap penafsiran akherat dengan hancurnya gunung-gunung pada hari kiamat, Imam Asy Syeikh Asy Sya’rawi mengatakan bahwa perumpamaan Al Qur’an مر السحاب (sebagai jalannya awan) menjadikan kita bertanya-tanya.
Mengapa Allah tidak mengatakan مر الرياح (jalannya angin), مر العواصف (jalannya angin angin topan) مر الأمواج (jalannya ombak) atau lafazh yang lainnya.. dikarenakan awan tidaklah bergerak sendiri akan tetapi didorong dengan suatu kekuatan yaitu kekuatan angin, dengan ini Allah swt menyadarkan kita bahwa pergerakan gunung di sini bukanlah pergerakan dengan sendirinya seperti pergerakan bumi dan sebagaimana pergerakan angin akan tetapi gunung-gunung berjalan dihadapanmu sebagaimana pergerakan awan yaitu bergerak dengan pergerakan bumi dan mengapa Allah swt tidak mengatakan .... “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan, berlari atau bergerak...?” Karena itu Allah swt menghindari lafazh-lafazh yang menunjukkan bahwa gunung-gunung bergerak dengan sendirinya, inilah i’jaz (keagungan Al Qur’an)
Prof. Manshur juga menjelaskan bahwa betul telah dibuktikan secara ilmiyah bahwa bumi berputar mengelilingi matahari sekali setiap 365,25 hari dengan kecepatan perputarannya mencapai sekitar 67.000 mil/jam dan itu didalam orbit setengah diameternya yang sekitar 93.000.000 mil, dan dengan ini bumi tetap tegak diatas porosnya dan tidak melemparkan kita dari permukaannya.
Kembali kepada surat An Naml : 86 – 88 bahwa ayat yang pertama menunjukkan kenyataan salah satu pergerakan bumi, yaitu pergerakan pada porosnya dengan pergantian malam dan siang, sebagaimana firman-Nya :
أَلَمْ يَرَوْا أَنَّا جَعَلْنَا اللَّيْلَ لِيَسْكُنُوا فِيهِ وَالنَّهَارَ مُبْصِرًا
Artinya : “Apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Kami telah menjadikan malam supaya mereka beristirahat padanya dan siang yang menerangi?” (QS. An Naml : 86) dan isyarat pada ayat ketiganya tentang pergerakan lain dari bumi didalam firman-Nya :
وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ صُنْعَ اللَّهِ الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍ
Pergerakan Bumi Bersama Matahari
Kita telah mengetahui sejak abad XVI M bahwa bumi berputar pada porosnya serta mengelilingi matahari kemudian terjadi penjelasan pada abad XX M bahwa matahari tidaklah diam di pusat seluruh planetnya, akan tetapi bergeraknya dengan dua gerakan didalam galaksi bima sakti, sebagaimana berikut :
1. Pergerakan matahari secara serasi dengan bintang-bintang galaksi disekitarnya dengan kecepatan 43.000 mil/jam terhadap bintang vega.
2. Pergerakan matahari pada saat yang sama mengelilingi pusat galaksi dengan kecepatan perputarannya mencapai 54.000 mil/jam.
Dan dimana seluruh planetnya—yang sembilan dan satelit-satelitnya termasuk bumi dan bulannya, ikatan-ikatan planetnya serta komet-kometnya—menyertai matahari sementara kita diatas bumi akan bergerak bersama matahari didalam gerakan pertama dan kita berputar bersama matahari didalam gerakan kedua di alam galaksi.
Dan suatu kebenaran yang mengagumkan adalah bahwa kedua gerakan tersebut sempurna analoginya... sebagaimana disebutkan didalam Al Qur’an Al Karim :
1. Pergerakan matahari.
وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
Artinya : “Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.” (QS. Yaasin : 38)
Kata kerja تجرى (berjalan) tampak sesuatu yang nisbi dimata manusia akan pergerakan matahari setiap harinya dari timur ke barat, ia adalah gerakan yang menipu bagi matahari karena yang bergerak adalah bumi, bumilah yang berputar mengelilingi dirinya dari barat ke timur sehingga tampak bagi kita bahwa matahari yang begerak secara nisbi ke arah yang berlawanan dengan gerakan pohon apabila anda lihat dari jendela kereta api... Hal inilah yang tidak diketahui oleh para ahli tafsir klasik.
(والشمس تجرى) “matahari berjalan” merupakan mu’jizat ilmiyah yang besar yang tidak terfikirkan oleh seseorang sehingga disingkap oleh para ahli fisika antariksa setelah tersedianya alat-alat teropong dan memungkinkan tafsir dengan efek doppler yang memunculkan penyingkapan terbesar dipertengahan abad XX ini dan Maha Suci Allah yang menjadikan gumpalan dari api sebanding kurang lebih dengan 333.000 kali gumpalan bumi berputar di kerajaan Allah dengan kecepatan 43.000 mil/jam.
Selanjutnya firman Allah لمستقر لها “ditempat peredarannya” ... sebenarnya bahwa tempat peredaran yang menjadi akhir dari pergerakan matahari adalah diantara perkara yang ghaib yang tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui yang menetapkan pergerakan dengan keadaannya yang berakhir sampai tujuannya pada waktu yang hanya Allah saja yang mengetahuinya sebagai petunjuk akan berakhirnya matahari pada masa yang akan datang sebelum atau saat terjadi kiamat.
Beliau juga mengatakan bahwa sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa makna tempat peredaran adalah pergerakan matahari secara lahiriyah dan merubah posisinya di sebelah timur dan barat pada orbit satu tahun dan kembali lagi secara lahiriyah setiap tahun antara ujung kedua tempat itu, matahari sampai ke ujung keduanya itu pada waktu musim dingin dan musim panas dan tidak menyalahi keduanya dan setiap tempat dari kedua ujung itu memiliki tempat peredarannya.
Menurut pandangan para ahli tafsir, yaitu sekali pada waktu musim dingin dan sekali pada waktu musim panas karena mereka menetapkan bahwa matahari apabila tiba di salah satu dari kedua tempat itu maka ia mulai untuk kembali secara bertahap sehingga tiba di tempat yang lainnya selama enam bulan. Ini bukanlah tempat peredaran kecuali apabila dilihat dari aspek majaz, dan kita memaklumi para ahli tafsir dikarenakan mereka belum mengetahui bahwa pergerakan lahiriyah matahari merupakan hasil dari pergerakan bumi mengelilingi dirinya sendiri setiap hari dan mengelilingi matahari setiap tahun.. dengan ini jelaslah mukjizat (keagungan) didalam ayat di surat Yaasin “Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.”
Subhanallah ternyata Al Qur’an mengatakan kepada setiap manusia yang berbeda dengan akal dan zaman mereka, dan yang terpenting di sini adalah bahwa bumi bergerak bersama matahari di angkasa raya.
2. Pergerakan matahari pada orbitnya mengelilingi galaksi.
Telah dibuktikan melalui teropong pada masa kini bahwa matahari adalah bintang didalam galaksi bima sakti yang mencakup 130 juta bintang seperti matahari kita yang tersebar di cakram galaksi yang cembung di pusat dengan ketebalan mencapai 10.000 tahun cahaya dan diameter galaksi mencapai 100.000 tahun cahaya sedangkan letak matahari berada pada 33.000 tahun cahaya dari pusat dan itu pada salah satu lintasan yang berputar bersama matahari mengelilingi pusat galaksi sekali setiap 250 juta tahun dengan kecepatan putaran matahari mencapai 540.000 juta mil/jam.Sungguh suatu kecepatan yang sangat kencang dan konstan bagi matahari dan bumi kita yang menyertainya tanpa kita merasakan perputaran angkasa raya ini dan yang telah ditunjukkan Al Qur’an dua kali didalam firman-Nya :
لَا الشَّمْسُ يَنبَغِي لَهَا أَن تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
Artinya : “Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” (QS. Yaasin : 40)
Artinya : “Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (QS. Al Anbiya : 33)—(sumber : www.55a.net)
Prof. DR. Manshur Muhammad Hasban Nabiyy adalah penulis buku “I’jazul Qur’an fii Aafaqiz Zaman wal Makan” (Keagungan Al Qur’an di cakrawala zaman dan tempat)
Wallahu A’lam.
________________________________________________________________________________
SEKARANG BAGAIMANAKAH TANGGAPAN ALKITAB MENGENAI MATAHARI DAN BUMI???
Galileo: “matahari adalah pusat tata surya", alkitab: “Bumi adalah pusat tata surya"
Dalam
abad pertengahan, manusia dipandang sebagai salah satu makhluk ciptaan
Tuhan yang melebihi makhluk-makhluk lainnya, pandangan yang sejalan
dengan keyakinan agama serta menganggap bahwa bumi tempat manusia hidup
merupakan pusat dari alam semesta. Tapi pandangan ini digoyahkan oleh
Galileo yang membuktikan bahwa bumi tempat tinggal manusia, tidak
merupakan pusat alam raya. Ia hanya bagian kecil dari planet-planet yang
mengitari matahari. Pandangan yang didukung oleh penelitian ilmiah ini,
bertentangan dengan penafsiran Kitab Suci (Kristen) dan membuka satu
lembaran baru dalam sejarah manusia Barat yang menimbulkan krisis
keimanan dan krisis lainnya.
Galileo,
setiap orang mengetahuinya, dipersalahkan pertama-tama secara pribadi
pada 1616, dan kemudian secara publik pada 1633. Di depan publik itulah
dia mengakui kesalahannya dan berjanji tidak akan pernah mempertahankan
pendapatnya lagi bahwa bumi berotasi atau berevolusi.
Memang,
inkuisisi berhasil mengakhiri sains di Italia, namun gagal mencegah
para ilmuwan untuk mengadopsi teori heliosentris. Dan justru gereja
melakukan kesalahan yang harus disesalkan di kemudian hari. Terbukti
banyak pembelaan atas Galileo serta pembenaran atas teori-teorinya
Galileo
mengatakan “matahari adalah pusat tata surya, bukan bumi sebagai pusat
tata surya” dan hal tersebut tertuang dalam karyanya “matahri centris”
dan hal tersebut bertentangan dengan keyakinan gereja saat itu yang
sesuai dengan alkitabnya mengatakan bahwa “Bumi adalah pusat tata surya,
matahari mengelilingi bumi” (Yoshua 10:12-13).
dalam 2Petrus 1:20-21
Yang
terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci
tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah
nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus
orang-orang berbicara atas nama Allah (2Petrus 1:20-21).
berdasarkan
ayat diatas maka :”Dengan tuduhan kafir, otoritas tertinggi kemudian
merasa terganggu dan berkewajiban memanggilnya. Sejarah mencatat, Rabu,
22 Juni 1632, vonis terhadap Galileo dijatuhkan dan ia dikenai hukuman
rumah karena dianggap telah mengganggu keimanan umat. Lebih tragis ia di
cap pemberontak dan dianggap melecehkan kitab suci dengan membuat
tafsir sendiri.
dan
Galileo secara resmi dikucilkan oleh Gereja Katolik dan dipaksa untuk
bertobat, namun Galileo menolaknya sehingga dia dipenjarakan di rumahnya
sendiri sampai meninggalnya.
Galileo baru diampuni secara resmi oleh Gereja Katolik pada Oktober 1993 oleh Paus Joanes II.
1 Bumi tidak bergerak dan diam di tempat, :
Mazmur 104:5
yang telah mendasarkan bumi di atas tumpuannya, sehingga takkan goyang untuk seterusnya dan selamanya
You have set the earth FIRMLY ON ITS FOUNDATIONS, AND IT WILL NEVER BE MOVED. (Today’s English Bible, Psalms 104: 5)
http://www.sabda.org/alkitab/tb/?kitab=19&pasal=104
2. Matahari mengelilingi bumi.
Matahari terbit, matahari terbenam, lalu TERBURU-BURU MENUJU TEMPAT IA TERBIT KEMBALI. (Pengkhotbah 1: 5)
http://www.sabda.org/alkitab/tb/?kitab=21
3. Bumi berbentuk datar (memiliki 4 sudut)
And
he shall set up an ensign for the nations, and shall assemble the
outcasts of Israel, and gather together the dispersed of Judah from the
FOUR CORNERS OF THE EARTH. (King James Version Bible, Isaiah 11 : 12)
The
Lord will raise a signal flag to show the nations that he is gathering
together again the scattered people of Israel and Judah and bringing
them back from the FOUR CORNERS OF THE EARTH. (Today’s English Bible,
Isaiah 11 : 12)
11:12
Ia
akan menaikkan suatu panji-panji bagi bangsa-bangsa, akan mengumpulkan
orang-orang Israel yang terbuang, dan akan menghimpunkan orang-orang
Yehuda yang terserak dari keempat penjuru bumi.
”
Lalu Yosua berbicara dihadapan bangsa Israel: “Matahari berhentilah
engkau di atas gibeon dan engkau bulan diatas lembah Ayalon!” Maka
berhentilah Matahari dan Bulan pun tidak bergerak, sampai bangsa itu
membalaskan dendamnya kepada musuhnya. bukankah hal itu tertulis dalam
Kitab Orang Jujur? (Yosua 10:12-13).
1. Bukti tertulis
a. Surat-surat yang dikisahkan oleh PUTRI GALILEO, adalah sebuah
bukti tertulis.
b. Sejarah mencatat teori yang dikemukakan oleh GALILEO adalah
benar.
c. Permohonan maaf yang disampaikan oleh Paulus atas tindakan
GEREJA kepada GALILEO atas teorinya.
2. Bukti Tidak tertulis
Pahatan
Galileo di Basilica of Santa Croce, Florence, Italia, adalah
penghargaan yang diberikan Gereja Katolik kepada Galileo Galilei.
http://www.gepembri.org/id/article/a_808011.htm
berdasarkan ayat :
[b]
Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam
Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri , sebab
tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh
dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah [b/](2Petrus
1:20-21)
Maka :
“Dengan
tuduhan kafir, otoritas tertinggi kemudian merasa terganggu dan
berkewajiban memanggilnya. Sejarah mencatat, Rabu, 22 Juni 1632, vonis
terhadap Galileo dijatuhkan dan ia dikenai hukuman rumah karena dianggap
telah mengganggu keimanan umat. Lebih tragis ia di cap pemberontak dan
dianggap melecehkan kitab suci dengan membuat tafsir sendiri.”
Wassalam,
Jumat, 05 April 2013
Langganan:
Postingan (Atom)